Setiap orangtua pasti punya harapan memiliki anak-anak yang yang akur, saling menyayangi dan bermain bersama dengan bergembira setiap hari. Tapi, kenyataannya sepertinya nggak ada deh hubungan kakak dan adik yang sesempurna itu. Pasti adaaaaa aja kejadian seru yang terjadi setiap hari. Si kakak yang senang jahilin adiknya, saling berebut mainan, rebutan remot tv, bercanda mulai dari sama-sama ketawa sampai akhirnya salah satunya bahkan semua menangis. Sementara orangtua melihatnya mulai dari garuk-garuk kepala, sampai akhirnya ngelus-ngelus dada. Haduuuuuuh….
Apalagi melihat Si Kakak yang baru punya adik dan lagi gemes-gemesnya sama. Maksud hati Si Kakak sih semangat mengajak adiknya bermain, tapi saking semangatnya malah membuat kepala adik terbentur, tangan adik tertarik, melempar bantal kearah adik bayi, waduuuuh pokoknya membuat rambut jadi berdiri deh ngeliatnya!!! Kalau suasana sudah seperti ini, orangtua pasti gemes ingin menegur Si Kakak. Tapi hati-hati ya, menegur Si Kakak dengan cara yang nggak asik, ternyata bisa membuatnya merasa bahwa semua ini gara-gara kehadiran adik di rumah. Karena, “Sebelum ada adik, mama papa nggak begini sama aku!”
Hal pertama dan penting untuk dilakukan adalah: hindari emosi. Memang sih, rasanya nggak enak di hati. Rasa khawatir pasti ada ketika Si Kakak dan adik sedang berkonflik. Tapi, kita juga harus ingat bahwa ini adalah hal yang wajar terjadi. Bukan cuma di rumah kita, tapi kejadian seperti ini pasti juga terjadi di setiap rumah. Jadi, hadapi dengan kepala dingin semaksimal mungkin. Karena ini bisa membuat kita berpikir jernih dan realistis dalam menegur anak. Buat apa juga emosi? Walaupun saat kejadian Si Kakak dan adik berteriak-teriak atau menangis, beberapa menit kemudian juga mereka udah bermain bersama lagi.
Selain tahan emosi, coba hindari juga beberapa kalimat seperti ini:
“Tuh kan, kakak bikin adik menangis lagi!”
“Kakaaaaak, kok kasar gitu sih ke adiknya!”
“Kakak nggak kasihan sama adik, ya?”
“Emangnya kakak mau kalau adik jadi kesakitan gara-gara kakak?”
“Ih, kakak kok nggak sayang sih sama adiknya!”
Nah, justru kalimat-kalimat seperti inilah yang membuat Si Kakak akhirnya jadi berpikir bahwa mama dan papa cuma sayang sama adik. Semuanya kakak yang salah, adik yang dibela. Belum lagi katanya kakak yang selalu harus mengalah, padahal adik kan tadi yang rebut mainan kakak duluan!
Boleh-boleh saja kalau kita ingin menegur Si Kakak karena ulahnya. Tapi, pertama bawa kakak ke ruangan yang berbeda dan bicara berdua saja dengannya. Jangan menegur kakak panjang lebar di depan adiknya, apalagi pakai marah. Kalau kakak memukul adik, teguran kita cukup sampai menjelaskan tentang kegiatan memukul yang tidak baik. Berikan juga ide kepada Si Kakak, aktivitas apa yang sebaiknya dilakukan ketika ia sedang kesal. Harapannya agar ia punya ide lain selain refleks memukul ketika sedang kesal. Nggak usah libatkan nama adik dalam hal ini agar kakak fokus pada dirinya sendiri, bukan malah sebal sama adiknya.
Membeli buku cerita atau film-film yang bertema kakak dan adik untuk dinikmati bersama keluarga juga ide yang bagus untuk menanamkan rasa cinta dan perduli diantara si kakak dan adik. Tapi kegiatan seperti ini nggak efektif kalau cuma dilakukan sekali atau dua kali aja. Butuh waktu yang panjang dan mungkin energi yang cukup besar untuk merawat hubungan kakak dan adik. Nah, yang paling penting buat orang tua adalah jangan pernah bosan dan merasa lelah mendampingi mereka.